Enews.id, Informasi - Berjalan di trotoar Jakarta dan diberbagai kota-kota besar lainnya di Indonesia, pasti kita pernah merasakan hal berbeda, melihat model ubin atau paving block yang memiliki teksture pada trotoar yang kita pijak.
Tapi tahukah anda maksud dan arti dari model paving block tersebut? banyak yang tidak mengerti maksud dari dipasangnya paving block ini, banyak yang berpendapat juga hanya sebagai hiasan agar trotoar tampak lebih memiliki esensi desain bernuansa seni.
Ini faktanya, namanya Tactile Paving atau dalam bahasa Indonesia adalah ubin pemandu. Ubin atau paving block itu khusus untuk memudahkan para tuna netra agar tidak tersandung juga tidak menabrak tiang juga benda lain yang ada pada trotoar.
Pemadangan garis kuning sepanjang 40 cm yang ada di trotoar ataupun di stasiun. Ya, itu adalah Tactile Paving atau tanda dari tempat yang hanya boleh dilalui oleh tunanetra. Ada tanda khusus ketika jalur ini terputus untuk kemudian dilanjukan dengan jalur zebra cross.
Untuk membedakan antara garis yang berjalan lurus dengan garis sebagai peringatan berhenti pola garisnya dibuat khusus. Garis panjang untuk jalan lurus, dan bulatan-bulatan untuk berhenti atau belok, dengan begitu para tuna netra dapat lebih waspada dan mengetahui kapan mereka harus berjalan dan kapan harus berhenti.
Di titik-titik untuk mempertinggi tingkat kewaspadaan, seperti di depan zebra cross atau di pinggir rel kereta, pola bulatan-bulatan dibuat lebih banyak dan lebih lebar.
Jalur ini banyak digunakan terutama dinegara-negara yang sudah memiliki layanan publik bagi penyandang cacat yang cukup baik seperti Autralia, Jepang, Amerika Serikat dan beberapa negara lainya.
Artinya kota-kota di Indonesia sudah mulai peduli dengan pemanfaatan ruang publik bagi warganya, bukan hanya orang pada umumnya, namun juga sudah memberikan hak-hak kepada penyandang tuna netra untuk merasakan ruang publik, dengan di pasangnya Tactile Pavingdi trotoar-trotoar.
Namun sayang, pemasangan ini tak diimbangi oleh kesadaran atau pengertian dari beberapa warga . Sehingga tidak jarang kita jumpai jalur kuning ini dijadikan tempat parkir, tempat untuk berjualan dan beberapa tempat yang menghalangi fungsi jalur ini sebagai mana mestinya.
Di Indonesia sendiri, jalur ini sudah mulai digalakan, dan semoga saja trotoar-trotoar di tanah air akan digunakan sebagaimana trotoar itu harus dipergunakan. (kaskus/surya)
previous article
Newer Post
No comments
Post a Comment