Follow Me

Monday, November 21, 2016

Inilah Para Jenderal Dibalik Penyerangan Pemukiman Rohingya, di Myanmar

ENEWS.ID - Ribuan tentara Myanmar, atau dikenal dengan nama Tatmadaw, menyerbu Rakhine State yang berlokasi di selatan negara tersebut. Wilayah permukiman etnis Rohingya merupakan tujuan utama, mulai dari pembakaran, penyiksaan bahkan pemerkosaan.

Tindakan tersebut menimbulkan amarah dunia. Banyak yang meminta agar medali perdamaian yang diterima pemimpin pro-demokrasi Myanmar, Aung Syu Kyii dicabut karena tidak menghentikan tindakan keji balatentaranya.

Dalam sepekan terakhir, serangan itu telah menghanguskan lebih dari 1.250 rumah warga muslim di lima desa. 30.000 Penduduk Rohingya terpaksa mengungsi akibat kerap mendapatkan kekerasan dari militer Myanmar. Dalam dua hari terakhir, puluhan orang tewas karena serangan dari helikopter tempur militer.

Menurut laporan media pemerintah pasukan keamanan telah menewaskan hampir 70 orang dan menangkap lebih dari 400 orang sejak masa pengepungan enam pekan lalu. Namun menurut aktivis, jumlah itu bisa jauh lebih tinggi lagi.

Berikut jenderal-jenderal yang bertanggung jawab dalam operasi militer berdarah tersebut:

Jenderal Senior Min Aung Hlaing
Min Aung Hlaing menjabat sebagai Panglima tertinggi angkatan bersenjata Myanmar, dan satu-satunya prajurit dengan pangkat militer paling puncak, yakni Jenderal Senior. Pangkatnya digambatkan dengan lima bintang, dengan satu bintang berukuran besar yang dikelilingi padi.

Jenderal Senior Min Aung Hlaing
Jenderal Senior Min Aung Hlaing
Pria yang dilahirkan tahun 1956 di Tavoi ini berhasil lulus kelas martikulasi pada 1972 dan memilih kuliah hukum di Rangoon Arts and Science University selama setahun, yakni tahun 1973 sampai 1974. Setelah itu, dia mengabdi sebagai seorang prajurit dengan mencatatkan namanya di Akademi Pertahanan ke-19. Saat itu, dia dilaporkan dijauhkan teman-teman seangkatannya.

Namanya mulai dikenal setelah memimpin pasukan untuk mematahkan perlawanan Aliansi Nasional Demokrat Myanmar di Kokang. Juni 2010, dia menggantikan Jenderal Shwe Mann sebagai Kepala Staf Gabungan AD, AL dan AU. Dan sejak 30 Maret 2011 dia diangkat sebagai Panglima Angkatan Bersenjata Myanmar, menggantikan kepala negara sekaligus pemimpin junta, Jenderal Senior Than Shwe.

3 April 2012, Pemerintah Myanmar mengumumkan promosi Min Aung Hlaing menjadi Wakil Senior Jenderal, pangkat tertinggi kedua di Angkatan Bersenjata Myanmar. Dia kembali dipromosikan jenderal senior pada Maret 2013.


Wakil Senior Jenderal Soe Win
Soe Win merupakan orang kedua tertinggi di lingkungan militer Myanmar. Dengan pangkatnya itu, dia menjabat sebagai Deputi Komandan Angkatan Bersenjata Tatmadaw sekaligus Komandan Tertinggi Angkatan Darat Myanmar.

 Wakil Senior Jenderal Soe Win

Wakil Senior Jenderal Soe Win
Dia pernah ditunjuk sebagai tim negosiator untuk berdamai dengan kelompok pemberontak, dan disebut berhubungan dekat dengan mantan Wakil Ketua Badan Perdamaian Negara dan Pembangunan, Wakil Senior Jenderal Maung Aye.

Soe Win merupakan lulusan Akademo Pertahanan 1980 untuk angkatan ke-22. Dia pernah memimpin pertempuran melawan Pasukan Pembebasan Kachin (KIA), yang dituding ingkar terhadap perjanjian gencatan senjata.

Jenderal Khin Aung Myint
Khin Aung Myint merupakan Komandan Tertinggi Angkatan Udara Myanmar. Pria kelahiran 30 Januari 1958 itu memiliki juga memiliki peran penting dalam penyerangan Tatmadaw ke Rakhine State, dengan pengangkutan udara serta pengiriman logistiknya.

 Jenderal Khin Aung Myint

Jenderal Khin Aung Myint
Dia lulus dari Akademi Pertahanan pada 1979 dan ditugaskan sebagai Pilot dengan pangkat Letnan Dua. Dia sudah mencoba pelbagai jenis pesawat, baik pesawat angkut militer maupun jet tempur.

Promosi perwira tinggi berhasil direngkuhnya pada 2005, dan ditunjuk sebagai Komandan Pangkalan Udara Myeik. Setelah melalui berbagai jenjang, dia diangkat menjadi Panglima Tertinggi Angkatan Udara Myanmar pada 14 Februari 2013, dan pangkat Jenderal diraihnya pada 13 Februari 2014.

Sejak berkarier di dunia militer, dia telah memiliki 6.536 jam terbang selama 34 tahun.


Sumber: Merdeka.com
Editor: Kay Wijaya
previous article
Newer Post
next article
Older Post



Post a Comment