Setelah melalui serangkaian peristiwa penting, melalui mekanisme ahlul Halli wal aqdi (AHWA), sembilan orang kyai sepuh NU memilih KH. Mustofa Bisri menjadi Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Namun, karena pria yang akrab disapa Gus Mus ini secara tertulis menolak menjadi Rais Aam, maka wakil Rais Aam terpilih, KH. Ma'ruf Amin diangkay mengisi posisi Rais Aam.
Proses pemilihan Rais Aam melalui tahapan-tahapan penting. Bahkan penentuan mekanisme pemilihan dengan AHWA sempat menerima penolakan sejak awal, meski mekaisme ini telah di sepakati pada Munas pra Muktamar 2015. Beberapa pengurus wilayah dan cabang menolak sistem pemilihan sosok tertinggi organisasi keulamaan ini.
Sidang Pleno pembahasan tata tertib Muktamar NU ke-33 bahkan sempat deadlock diantranya karena mekanisme ini. Baru, setelah Rais Aam KH. Mustofa Bisri memberikan pidato iftitaf, persidangan-persidangan mulai lancar, dan penentuan penggunaan Ahwa atau tidak akan ditentukan oleh sebuah sidang Komisi.
Dari sidang komisi itu kemudian diadakan voting untuk menentukan mekanisme pemilihan Rais Aam, Selasa malam, (04/08). Dari voting tersebut berhasil menentukan sistem pemilihan Rais Aam melalui sistem Ahwa dengan perolehan 252 suara setuju AHWA dan 235 menolak, 9 lainnya golput.
Dari penentuan mekanisme inilah, 9 orang kyai dari daftar usulan PWNU dan PCNU diambil. Baca: Ini 9 Orang Kyai yang Terpilih sebagai AHWA. Sembilan orang kyai ini memilih KH. Ahmad Mustofa Bisri menjadi Rais Aam PBNU dan KH. Ma'ruf Amin menjadi wakilnya untuk periode 2015-2020. Meski terpilih, dan KH. Maemun Zubair membujuk, Gus Mus tetap bersikukuh menolak menjadi Rais Aam.
Sampai pada pemilihan Ketua Umum PBNU, Gus Mus tetap menolak menjadi Rais Aam. Setelah penghitungan suara pemilihan ketua tanfidziah selesai dan KH. Said Aqil Siraj terpilih kembali sebagai Ketua Umum PBNU dengan perolehan 287 suara, akhirnya KH. Muzakki mengumumkan bahwa KH. Ma'ruf Amin mengisi posisi Rais Aam.
Demikian, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama telah memilih dan memiliki pimpinan baru. KH. Ma'ruf Amin mengisi posisi pimpinan tertinggi jam'iyah Nahdlatul Ulama melalui kepengurusan Syuriyah, dan KH. Said Aqil Siraj menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di kepengurusan Tanfidziah.
previous article
Newer Post
No comments
Post a Comment