Follow Me

Wednesday, August 26, 2015

Dibalik Komentar Tuan Mourinho

Oleh: Masykurudin Hafidz
Jose Mourinho
Dalam dunia sepakbola, siapa yang tidak mengenal Mourinho. Pelatih klub papan atas di Liga Inggris, Chelsea ini, tenar bukan hanya dalam prestasi menangani anak asuhannya tetapi juga berkat komentar-komentarnya. Setiap kali menghadapi lawan, apalagi tim tangguh, tuan Mourinho tak segan-segan mengeluarkan komentar pedas, korektif bahkan arogan.
Jika tim asuhannya kalah, tuan Mourinho tak mau mengalah, tentu dengan alasan yang kadang-kadang dibuat-buat dan tidak masuk akal. Entah itu kinerja wasit yang buruk, jadwal pertandingan yang terlalu ketat sampai kelakuan pemain lawan saat bertanding. Sebaliknya, jika timnya menang, ribuan pujian dilontarkan termasuk, jangan lupa, terhadap dirinya sendiri!
Apa yang membuat tuan Mourinho, juga pelatih-pelatih yang lain, begitu gampang mengeluarkan komentar yang membuat kuping panas? Mengapa mereka, antar pelatih itu, begitu bebas menyatakan pendapatnya, sehingga pertandingan sepertinya sudah berlangsung sebelum peluit dibunyikan? Berikut ini jawaban pertanyaan tersebut secara sosiologis, agak luas.
Memang, sepak bola di Inggris menjadi salah satu ukuran bagaimana kebersamaan hidup dibangun. Meskipun terkesan individualis, rata-rata kebebasan berbicara masyarakat dijamin. Asalkan bertanggungjawab, seseorang bebas menyatakan pendapatnya tanpa takut dituduh macam-macam. Semakin bertanggungjawab seseorang maka semakin bebaslah ia.
Suasana kebebasan inilah yang dimanfaatkan oleh para praktisi bola untuk menyerang lewat kata-kata terhadap lawan-lawannya. Secara umum, masyarakat Inggris yang modern itu melakukan perbincangan bahkan kritik terhadap yang lain melewati argumentasi, bukan kekerasan. Setajam apapun komentar yang dilakukan, tetaplah dibalas dengan komentar balik. Persoalan bersama dibicarakan secara bebas melewati komunikasi yang rasional.
Apa yang membuat suasana terbuka sehingga setiap orang bebas menyatakan pendapatnya masing-masing? Setidaknya terdapat tiga alasan, pertama; ekonomi relatif mapan. Dibanding belahan dunia yang lain, masyarakat Inggris tidak lagi mempersoalkan perkara sandang, pangan dan papan. Semangat kerja warga didukung oleh aturan pemerintah yang memproteksi dan menjamin kesejahteraannya. Negara mempunyai komitmen tinggi untuk selalu memberikan kehidupan yang layak bagi rakyatnya.
Demikian juga para suporter, mereka tidak hanya menikmati indahnya setiap pertandingan. Tetapi juga mampu mengoreksi darimana modal dan siapa pemiliknya. Curah pendapat para pendukung ini misalnya terkait dengan soal harga tiket yang tentu berpengaruh pada kondisi kantong mereka.
Kedua; Tegaknya hukum. Selain kemajuan ekonomi, penegakan hukum yang dilakukan masyarakat Inggris menjadi faktor kebebasan dalam perkataan dan tindakannya. Hukum menjadi tumpuan sekaligus harapan bagi masyarakat ketika hak-haknya diselewengkan. Para penegak hukum relatif mempunyai wibawa sedemikian rupa sehingga mampu memberikan keputusan tanpa intimidasi.

Melalui kecanggihan tekhnologi, mereka melihat bagaimana pelanggaran dilakukan. Setiap jengkal pertandingan dilengkapi dengan kamera dan alat dengar sehingga dapat diketahui apakah pemain betul-betul dilanggar atau sekadar berpura-pura (diving). Jika ada perkara yang tidak bisa diselesaikan saat bertanding dilapangan, tim investigasi dengan cepat menyeledikinya.
Ketiga; tingginya kebudayaan. Dengan kesadaran sejarahnya, masyarakat Inggris mampu hidup tertib, rapi, menghormati orang lain, taat peraturan, tidak gampang emosi dan lain-lain. Ibarat Just For Laughs, sebuah acara komedi yang bahan utamanya adalah ngerjain orang lain, tampak sekali mereka mempunyai kesadaran untuk memperhatikan keberadaan orang lain dan mempunyai sifat tidak gampang emosi.
Demikian juga dalam sepakbola, walaupun pendukung sebuah klub di Inggris terkenal fanatik, jarang sekali kita menemui kekerasan yang dilakukan. Kalaupun itu terjadi, dengan sangat cepat hal itu tertangani. Tidak seperti di negara kita, stadion di Inggris tidak ditemukan pagar pembatas antara lapangan pertandingan dengan kursi penonton. Pengaturan jadwal pertandinganpun terstruktur dengan sangat baik dan managable. Jika suatu pertandingan ditunda dengan alasan tertentu, waktu cadangannyapun sudah dipersiapkan.
Diatas segalanya, kita patut acungi jempol kepada Liga Inggris dengan seluruh dimensinya. Komentar dan kritik dibalas dengan cara yang sama. Komunikasi yang terbuka, elegan dan tanpa kekerasan adalah modal utama dalam membangun persaingan yang sehat.
Kepada tuan Mourinho kita ucapkan terima kasih, sambil berucap “Tuan, ajarilah kami bagaimana menjadi tim yang tak pernah kehilangan semangat sampai peluit panjang dibunyikan”.
previous article
Newer Post
next article
Older Post



Post a Comment