Pengunjuk rasa membawa poster Ahok di balik jeruji besi pada demo 4 November 2016 lalu di Jakarta. Foto/SINDOphoto/Dok |
Habib Novel mengatakan, heran dengan tingkah Ahok yang selalu saja membuat keruh suasana di Jakarta. Setelah menistakan Alquran, sekarang justru Ahok kembali menghina umat muslim dengan kata-kata kasar. "Sekarang Ahok memojokkan umat muslim yang membela Alquran dan Islam dengan sebutan barbar," ujarnya pada wartawan, Minggu (13/11/2016).
Menurut Habib Novel, justru Ahok itu yang barbar karena Ahok telah memberikan komentar penghinaan terhadap ulama dan umat Islam yang hendak turun aksi kembali membela Alquran pada 25 November 2016 mendatang.
"Ahok sendiri padahal yang barbar dengan ciri-cirinya mulutnya berkomentar kotor dan provokatif seperti orang tidak sekolah atau orang primitif. Inilah yang disebut barbar," tuturnya.
Sebelumnya, Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut dua Basuki Tjahaja Purnama meminta semua pihak untuk berpikir jernih dan bertindak dengan tepat. Jika memang ada yang tidak setuju dengan dirinya kembali menjabat sebagai orang nomor satu di Ibu Kota maka lakukan saat pemungutan suara pada 15 Februari 2017.
Basuki atau akrab disapa Ahok ini mengatakan, saat ini sudah bukan lagi zaman barbar di mana memperebutkan kekuasaan dengan mengerahkan massa terbanyak. Sebab kini cara perebutan tersebut telah dimodifikasi dengan pemungutan suara.
"Makanya saya bilang kalau kita mau beradab dibuktikan 15 Februari. Kenapa sih takut sama Ahok? Kalau kamu bagus kamu buktikan dong kamu satu putaran. Ahok kalah ya sudah. Kenapa mesti pakai cara barbar, pakai cara turun," katanya di kediaman, Pluit, Jakarta Utara, Kamis (10/11).
Mantan Bupati Belitung Timur ini mengungkapkan, saat ini telah banyak beredar informasi akan adanya aksi susulan 4 November 2016. Di mana akan ada beberapa pihak yang kembali melakukan demonstrasi pada 18 atau 25 November 2016 mendatang.
"Kalau mau turun kayak begitu ini negara bakalan pecah. kita kembali ke zaman barbar lagi, jadi kalau mau mengalahkan orang ini datangkan 6 juta, terus ngapain hadap-hadapan 5 juta atau 6 juta, mau perang kolosal kayak perang zaman dulu yang perang berminggu-minggu, kan lucu," terangnya.
"Makanya sekarang kita ganti, yang sekali perang mati ratusan ribu dengan cara kertas suara. Kita enggak ada lagi zaman bawa-bawa massa. semua tentukan (saat pilkada), istilahnya peluru digantikan suara. Dulu pakai peluru sekarang kita ganti dengan kertas suara," tambah mantan politisi Gerindra ini.
Sumber : SINDONEWS.com/Merdeka.com
Editor : Mas Mus
previous article
Newer Post
No comments
Post a Comment