Follow Me

Sunday, November 13, 2016

Kopi Darat, Kemendikbud Bincang Pentingnya TIK di Dunia Pendidikan

Kopi Darat Kemendibud Bincang Pentingnya TIK di Dunia Pendidikan.
Kopi Darat Kemendibud Bincang Pentingnya TIK di Dunia Pendidikan. Photo: Merdeka.com
ENEWS.ID - Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mendadak ramai karena digelar 'Kopi Darat' atau Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat dengan tema Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Bidang Pendidikan di Indonesia.

Kegiatan ini rutin diselenggarakan perpustakaan Kemendikbud dengan Education Sector Analytical and Capacity Development Partnership (ACDP), Rabu (9/11).

Hadir sebagai narasumber hari itu, pakar TIK, Onno W. Purbo, Kepala Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (Pustekkom) Kemendikbud, Ari Santoso, Plt Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk) Kemendikbud Nizam, dan Kelompok Keilmuan Rekayasa Perangkat Lunak dan Data, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Inggriani Liem.

Dalam diskusi itu disebutkan, Indonesia masih memiliki banyak tantangan dalam peningkatan penggunaan TIK di sekolah. Diketahui, piranti ini masih banyak digunakan di luar urusan sekolah. Tak hanya itu, keterampilan guru juga dinilai masih rendah dan beberapa persoalan lainnya.

Belum lagi tenaga listrik untuk lebih dari 6000 pulau berpenghuni dan jumlah penduduk yang semakin bertambah masih menjadi kendala terbesar, ditambah masih rendahnya jaringan internet.

Melihat hal ini, Onno W Purba berpendapat, guru bisa berkreativitas dalam penyediaan internet, meski di sekolah belum ada listrik. Akan tetapi, pemerintah perlu membuat konsep yang baik dalam usaha peningkatan TIK di daerah. Guru juga perlu mendapatkan pemahaman sejak mereka masih duduk di bangku kuliah.

Sementara itu, Inggriani Liem menyampaikan, di dunia ini kekurangan tenaga informatika. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk mengedukasi kemampuan pemecahan masalah oleh peserta didik dengan sebuah konsep informatika yang disebut computational thinking challenge.

Ditambahkan Kepala Pustekkom, Ari Santoso, tidak semua anak memiliki minat terhadap TIK, tapi TIK bisa digunakan dalam berbagai minat.

"Membangun budaya berpikir tidak bisa dilakukan satu pihak, harus bekerja sama dengan komunitas dan pihak lainnya," tuntasnya.


Sumber: Merdeka.com
Editor: Mas Mus
previous article
Newer Post
next article
Older Post



Post a Comment