Santri Indonesia di Timur Tengah Minta PBNU Bentuk Komite Jazirah |
JOMBANG - Santri yang tergabung dalam Pengurus Pusat Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) di Timur-Tengah mendesak PBNU untuk membentuk Komite Jazirah. Hal ini disebabkan melihat kondisi beberapa negara di Timur Tengah yang bertahun-tahun terus dilanda konflik berkepanjangan.
Demikian disampaikan Juru Bicara Kader LPTNU Muhammad Taufiq, Lc dalam jumpa pers, Selasa (4/8) siang, di Media Center Muktamar ke-33 NU. Taufiq menjelaskan Komite Jazirah sebagai langak PBNU untuk ikut serta dalam usaha mencari dan merealisasikan jalan rekonsiliasi Timur Tengah. Atas nama LPTNU, pelajar yang studi di Yaman itu menyampaikan lima poin resolusi pihaknya sampaikan untuk PBNU.
Pertama, jalan rekonsiliasi yang dibangun di atas nilai-nilai sosial ke-NU-an dan berbekal pengalaman keterlibatan PBNU dalam proses rekonsiliasi konflik di Afganistan.
Kedua, koordinator Komite Jazirah melibatkan kader-kader NU yang berpengalaman tentang latar belakang sosial, politik, agama dan budaya di Timur Tengah.
Ketiga, Komiter Jazirah segera melakukan komunikasi dengan Rabhitah al-Alam al-Islamy dan Liga Arab atau organisasi lainnya di Timur Tengah.
Keempat, Komite Jazirah mengemban tugas tersampainya lima aspirasi tentang masalah toleransi, keadailan dan perdamaian antarkelompok, kebebasan melakukan ritual keagamaan, menjamin terpeliharanya situs-situs bersejarah di Timur Tengah, dan PBNU berusaha supaya Komite ini diterim oleh para pemimpin di Timur Tengah.
Kelima, PBNU diminta mendirikan Bait al-Tarjamah yang bertugas menerjemahkan dan menerbitkan karya-karya masyayikh dan intelektual NU.
"Saya mendesak PBNU semaksimal mungkin agar resolusi ini segera dilakukan sebagai salah satu upaya konflik di Timur Tengah," desak Juru Bicara LPTNU itu dihadapan puluhan wartawan.
Taufiq menambahkan ada lebih dari 1000 pelajar asal Indonesia studi di Yaman yang hingga ini masih diselimuti konflik. "Karena ada konflik, kemudian dipersulit dalam pembuatan visa sehingga belum bisa kembali ke sana (Yaman)," terang santri asal Madura itu.
Pihaknya masih mencari solusi bagaimana supaya pelajar yang tidak bisa kembali ke Timur Tengah itu bisa melanjutkan studi di dalam negeri. Sekarang sudah ada beberapa perguruan tinggi yang sudah siap menerima mereka, di antaranya Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) dan Universitas Nahdlatul Ulama (UNU). (M. Zidni Nafi'/Mukafi Niam/NU Online)
previous article
Newer Post
No comments
Post a Comment