Add caption |
Berdasarkan cuitan akun twitter @anasurbaningrum (tentu saja adminnya bukan Anas), di Lapas Sukamiskin, Anas menulis selembar surat pada secarik kertas kemudian dititipkan kepada seseorang yang membesuknya. Admin akun twitter Anas Urbaningrum yang kemudian mengunggah screenshoot dan menyalin isinya ke dalam twitter.
Yang menarik, gaya penulisan dalam surat tersebut seperti mengikuti trend menulis status sekaligus berdoa di sosial media yang pada awal tahun ini mulai dipopulerkan oleh mantan Presiden SBY, yaitu dengan menyebut nama Allah. Belakangan, doa sekaligus status dengan menyebut nama Allah semakin banyak. Mereka mengawali status dengan, Ya Allah……
Begitu juga dengan Anas, selain ingin berdoa, dia juga bermaksud menyampaikan pesan khusus pada seseorang.
Entah ditulis dengan ikhlas atau justru mau menyindir orang lain, yang jelas menulis status sekaligus berdoa memang efektif untuk menyalurkan uneg-uneg. Selain berdoa pada Allah juga menyampaikan pesan tertentu pada pembaca. Ini adalah metode sindiran terbaru yang cukup sopan.
Dalam suratnya, Anas menulis tujuh poin di mana dalam setiap poin terdiri dari dua bahasa, bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Alasan menulis pesan dalam bahasa Jawa mungkin karena kedalaman makna yang berbeda dengan bahasa Indonesia. Ini sekaligus menunjukkan kepada siapa surat dari Anas ini ditujukan, pastinya kepada orang bersuku Jawa.
Untuk itu, bagi anda yang kesulitan menerjermahkan, saya akan menyalin sekaligus menerjemahkan isi surat yang berbahasa jawa. Bagaimana isinya mari kita simak bersama.
Isi Surat dari Anas Urbaningrum
Anas Urbaningrum Mulai Lancarkan Serangan via Twitter dan Pesan 'Ya Allah' ke SBY? |
surat dari anas, twitter.com
1. Ya Allah, bimbing para pemimpin kami untuk “ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani”
Tulisan berbahasa jawa di atas berarti, di depan kita memberi contoh, ditengah membangun prakarsa dan bekerjasama, di belakang memberi daya-semangat dan dorongan
2. Ya Allah, jangan sampai terjadi “mestine dadi tuntunan, malah dadi tontonan”
Seharusnya jadi tuntunan, malah jadi tontonan
3. Ya Allah, jauhkan kami dari pekerti “ono ngarep ngewuh-ewuhi, ono mburi ngegol-ngegoli”
Di depan menghalang-halangai, dibelakang menjadi beban
4. Ya Allah, ingatkan kami bahwa “ajining diri ono ing lathi”, “ajining diri ono ing cuitan”
Harga diri ada pada mulut, Harga diri ada pada cuitan
5. Ya Allah, jauhkan para pemimpin kami dari JARKONI, “biso ngajar ora biso nglakoni”
Bisa menasehati tidak bisa menjalankan
6.Ya Allah, jangan lupakan kami dari petuah leluhur “ojo metani alaning liyan”
Jangan mencari keburukan orang lain.
7. Ya Allah, jangan ubah “lengser keprabon madeg pandhito” menjadi “lengser keprabon madeg CAKIL”
Turun dari Tahta (Pensiun dari Raja) menjadi Orang Bijak, menjadi, Selesai jadi Raja menjadi Cakil.
Siapa yang Lengser Keprabon Malah Jadi Cakil ?
Hmmm. Anas ini memang ingin membuat orang penasaran. Masyarakat diminta untuk menebak-nebak sendiri, selain surat tersebut ditujukan kepada Allah, kepada siapa lagi Anas ingin mengarahkan isi suratnya?
Pada poin nomor satu, maksud dari surat dari Anas tersebut masih samar-samar. Akan tetapi setelah membaca seluruh isi surat tersebut secara runtut satu persatu, maksud surat dari Anas semakin jelas menunjukkan siapa yang dituju olehnya.
Mengapa begitu ? Silakan disimak. Pada butir pertama, Anas menyebut “pemimpin”. Saat membaca poin ini, pembaca kesulitan untuk menerka siapa yang dimaksud anas dengan pemimpin, karena banyak sekali pemimpin di negeri ini. Berarti kita anggap saja doa pertama itu ditujukan kepada seluruh pemimpin termasuk pemimpin keluarga.
Setelah itu, pada poin kedua, pembaca masih belum menemukan arah isi surat tersebut. Begitu juga pada poin ketiga.
Titik terang mulai muncul pada poin keempat, Anas menulis tentang Cuitan. Jika kita gabungkan dengan poin pertama berarti, Anas sedang menyinggung tentang pemimpin yang menulis status di twitter (cuitan). Meskipun masih ambigu, pembaca surat dari Anas tersebut sedikit bisa menerka berdasarkan riuhnya berita tentang pemimpin yang menulis di twitter.
Poin kelima dan keenam, ini juga menegaskan poin sebelumnya, namun belum memberikan secara pasti, siapa pemimpin yang mencuit.
Baru pada poin ketujuh. Apa maksud Anas semakin terlihat cukup jelas. Anas menyebut Raja yang sesudah lengser keprabon atau turun dari tahta bukannya jadi begawan atau orang arif bijak malah menjadi buto Cakil.
Berarti kita tinggal menghubungkan semua poin tersebut. Hasilnya, apabila ditarik kesimpulan ternyata merujuk pada pemimpin yang mengeluarkan cuitan yang setelah pensiun jadi Raja bukannya menjadi begawan atau orang bijak melainkan memilih menjadi Cakil. Siapakah orangnya, silakan simpulkan sendiri di dalam benak anda.
Akan tetapi pesan yang cukup mengerikan juga disampaikan oleh Anas. Yakni tentang sosok buto Cakil ini. Cakil adalah sosok seorang buta (raksasa) yang memiliki ciri rahang bawah yang lebih panjang daripada rahang atas. Dalam pewayangan, tokoh ini kerap muncul dalam adegan peperangan melawan Arjuna. Perang sengit yang terjadi di antara keduanya diabadikan dengan nama Perang Kembang. Pertanyaannya, mengapa Anas tidak memilih Duryudana, Durna, Sengkuni atau tokoh kurawa lainnya dalam suratnya. Penyebabnya adalah tokoh-tokoh kurawa tersebut mati di tangan musuhnya. Akan tetapi khusus untuk Buta Cakil ini, dalam perang melawan Arjuna, ia tewas tertusuk kerisnya sendiri.
Oleh: Arif Budi Darmawan
Sumber: Seword.com
previous article
Newer Post
No comments
Post a Comment